Airway Management Trainer : Melatih Petugas Medis Menyelamatkan Nyawa Pasien dengan Masalah Saluran Pernapasan

Perawat dan dokter adalah petugas medis yang sangat dipercaya masyarakat pada saat-saat genting di kehidupan. Ketika salah satu dari keluarga atau orang terdekat berada pada kondisi kesehatan yang kritis yang bisa kita lakukan hanyalah membawa mereka ke ruang gawat darurat terdekat dan berharap para perawat dan dokter yang bertugas dapat menyelamatkan nyawa mereka.

airway management trainer

Namun terkadang tentu saja ada keraguan dalam benak keluarga ketika kita melihat perawat atau dokter yang masih sangat muda. Muncul pertanyaan-pertanyaan seperti “Apa iya mereka memiliki cukup pengalaman untuk membantu orang terdekat kita?” Memang  benar yang lebih lama berpraktik memiliki pengalaman yang lebih banyak dan mungkin bisa lebih cekatan dan lancar dalam memberi tindakan. Namun bukan berarti dokter atau perawat muda yang baru memulai praktik tidak terlatih dalam mengatasi masalah kesehatan orang-orang terdekat kita, lho. Lalu bagaimana sih perawat ataupun dokter dilatih untuk menghadapi berbagai permasalahan pernapasan yang sering dialami pasien? Apakah ada alat pembantu pelatihan yang bisa mempersiapkan mereka untuk menghadapi kasus kritis yang pertama mereka hadapi ketika memulai praktik?

Nah, jika kompetensi yang dibutuhkan berhubungan dengan masalah saluran pernapasan, Airway Management Trainer atau alat pelatih tata laksana jalur pernapasan adalah jawabannya. Di zaman yang serba maju ini pelatihan calon-calon dokter dan perawat juga sangat terbantu oleh teknologi bertaraf tinggi. Airway Management Trainer adalah alat kesehatan yang berupa model kerangka tubuh bagian atas manusia yang didesain untuk menstimulasikan dengan sangat baik kondisi sistem pernapasan. Beberapa fitur penting dari Airway Management Trainer yang sangat berguna bagi proses pelatihan petugas medis diantaranya adalah sebagai berikut:

  1. Anatomi organ yang tepat dan terlihat dengan mudah. Bagian bawah alat ini biasanya dibuat terbuka sehingga petugas medis dapat dengan mudah mengamati struktur anatomi pergerakan organ yang realistis. Sebagai contoh, paru-paru tiruan pada alat ini mengalami proses kembang kempis yang akurat sesuai dengan keluar masuknya udara.
  2. Akses yang mudah ke jalur pernapasan. Model kepala pada alat ini biasnaya dapat dengan mudah diangkat ataupun ditengokkan ke kanan dan kiri seperti halnya kepala manusia sungguhan. Spesifikasi ini membantu membiasakan tenaga medis dengan kondisi pasien yang sebenarnya.
  3. Rahang tiruan yang mudah membuka dan menutup seperti halnya pada manusia menimbulkan efek pelatihan yang lebih realistis.
Airway Management Trainer
Pelatihan dengan menggunakan Airway Management Trainer

Bukan hanya itu saja, Airway Management Trainer ini juga sering disertai dengan sistem peringatan atau alarm yang membantu trainee untuk melatih diri menghindari kesalahan-kesalahan yang umum dilakukan. Sebagai contoh, buzzer dalam manekin akan teraktivasi jika Endotracheal Tube (ETT) atau kanul yang dimasukkan ke dalam trakea untuk membantu ventilasi udara dipasang dengan posisi yang tidak baik di dalam esofagus. Alarm juga akan berbunyi jika pemasangan laringoskop memberikan tekanan yang berlebih pada gigi bagian depan yang dapat menimbulkan rasa sakit dan ketidak-nyamanan pada pasien. Sistem-sistem peringatan ini membantu petugas medis membiasakan diri untuk menghadapi kasus krisis sistem pernapasan pertama mereka nanti tanpa melakukan kesalahan-kesalahan tersebut

Lalu teknik-teknik apa saja sih yang bisa dilatih dengan menggunakan alat ini? Berikut adalah beberapa macam teknik yang biasa melibatkan Airway Management Trainer dalam proses pelatihan tenaga medis:

  1. Endotracheal Intubation. Intubasi endotrakeal merupakan suatu prosedur medis yang dilakukan dengan memasukkan kanul atau selang pernapasan yang menghubungkan paru-paru dengan udara luar secara langsung. Selang masuk melalui mulut dan melewati kerongkongan hingga mencapai pintu paru-paru. Tindakan ini biasa dilakukan untuk mengatasi kondisi jalur pernapasan yang tersumbat baik pada proses pertolongan darurat ataupun dalam proses pembedahan.
  2. Nasotracheal Intubation. Seperti halnya intubasi endotrakeal, intubasi nasotrakeal juga melibatkan proses pemasangan selang pernapasan yang menghubungkan paru-paru dengan udara luar. Yang membedakan prosedur medis ini adalah selang masuk ke saluran pernapasan melalui lubang hidung. Prosedur ini juga dilakukan dalam proses pembedahan dan biasanya digunakan pada kasus pasien dengan kondisi yang menyulitkan proses pemasangan selang endotrakeal. Contohnya bila pasien tidak dapat membuka rahang atau mulut dengan cukup lebar.
  3. Pemasangan Kateter Oksigen Nasal. Kateter nasal merupakan salah satu alat sederhana yang digunakan untuk mengalirkan oksigen secara terus-menerus (continual) dan ditujukan bagi pasien yang membutuhkan tambahan oksigen namun masih dapat bernapas dengan pola pernapasan yang normal. Kateter ini biasanya memberikan aliran oksigen dengan konsentrasi yang cukup rendah, yaitu antara 24 – 44% dengan kecepatan satu 1 – 6 liter per menit.
  4. Pemasangan Laryngeal Mask Airway (LMA). Laryngeal Mask Airway adalah salah satu alat yang digunakan untuk menjaga terbukanya jalan pernapasan pasien saat pasien berada dalam kondisi tidak sadar, misal dalam proses pembadahan. Penngunaan alat ini lebih efektif bagi petugas medis untuk mengontrol jalannya pernapasan pasien dibandingkan dengan masker wajah pada umumnya.
  5. Pemasangan Stomach and Nasogastric tube (NGT). Stomach and Nasogastric Tube adalah selang yang dimasukkan melalui hidung pasien dan digunakan untuk memberi makanan atau nutrisi dalam bentuk cairan secara langsung ke dalam lambung. Prosedur ini digunakan untuk membantu pasien yang memiliki gangguan pada saluran pencernaan atau memiliki kondisi yang menyebabkan masalah pada saat makan.
  6. Pemasangan Oropharyngeal Airway (OPA). Oropharyngeal Airway merupakan alat airway adjunct (alat untuk menjaga terbukanya saluran napas) yang biasa dipasang antara antara mulut dan faring pada pasien yang sedang dalam kondisi tidak sadar. Alat ini menjaga agar lidah pasien tidak menutupi saluran epiglotis sehingga saluran pernapasan pasien tidak terhalangi. Selain itu alat ini juga dapat digunakan untuk menyedot keluar cairan yang berada di dalam saluran pernapasan.
  7. Pemasangan Nasopharyngeal Airway (NPA). Seperti Oropharyngeal Airway, alat ini termasuk airway adjunct namun dipasang melalui lubang hidung pasien. Nasopharyngeal Airway biasanya dipakai ketika pasien memiliki resiko penyumbatan saluran pernapasan namun kondisinya tidak memungkinkan pemasangan Oropharyngeal Airway. Alat ini biasanya digunakan pada pasien dalam kondisi yang tidak sepenuhnya responsif namun masih memiliki tanda-tanda kesadaran.

Melihat banyaknya prosedur medis yang dapat dilatih dengan menggunakan Airway Management Trainer, model kerangka manusia ini tentu saja menjadi investasi yang sangat penting dan menguntungkan bagi pihak-pihak seperti rumah sakit ataupun institusi pendidikan yang ingin memastikan bahwa tenaga medis yang mereka latih akan memiliki kompetensi yang tinggi dan tentu saja tidak akan kaget atau kebingungan pada saat menemui pasien dengan kasus sistem pernapasan. Airway Management Trainer ini juga tersedia dalam beberapa variasi yang memungkinkan pelatihan prosedur medis yang lebih spesifik. Sebagai contoh, terdapat model kerangka yang berbeda untuk pasien bayi, anak-anak, maupun dewasa. Untuk mengetahui bermacam jenis Airway Management Trainer atau model kerangka manusia lain yang tersedia silakan langsung saja mengunjungi Medicalogy.

Dapatkan Update Terbaru Seputar Kesehatan!
Bergabunglah bersama subscribers lainnya untuk mendapatkan update dari kami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *