Manekin CPR: Resusci Anne, Asal Mula Manekin CPR

manikin-cpr

Terdapat seorang gadis cilik berambut pendek terbaring dengan tidak sadarkan diri di atas lantai. Beberapa orang disekitarnya tampak terlihat panik dan gugup serta bergantian untuk mencoba menyelamatkan nyawa gadis cilik tersebut dengan memberikan nafas dari mulut ke mulut dan resusitasi cardiopulmonary (CPR). Ini bukan kejadian yang luar biasa bahkan sering terjadi. Usaha menyelamatkan gadis cilik tersebut sering terjadi di seluruh dunia bahkan korbannya selalu bernama Anne. Tentu saja gadis cilik yang tidak sadarkan diri itu bukanlah seorang manusia yang nyata.

Dia adalah Resusci Anne, manekin seukuran manusia yang paling di kenal di seluruh dunia dan kerap kali dijuluki gadis yang paling sering mendapatkan ciuman di dunia! Kisah Resusci Anne sangat berhubungan erat dengan munculnya ilmu resusitasi dan peninggalannya terus menginspirasi misi dari perusahaan Laerdal (perusahaan yang menjual alat – alat kedokteran) yaitu membantu menyelamatkan kehidupan. Resusci Anne telah banyak berjasa di dunia kesehatan, pelatihan simulasi  modern terhadap bantuan dasar hidup yang dilakukan oleh para professional kesehatan telah berhutang banyak dengan adanya manekin CPR ikonik ini.

Kurang lebih diperkirakan bahwa sekitar 300 juta orang di seluruh dunia telah dilatih melakukan CPR dengan manekin CPR ini, selain itu ribuan spesialis di seluruh dunia telah mendapatkan banyak keterampilan klinis melalui manikin – manekin penerusnya, diantaranya bernama Sim Man, Sim Mom, Sim Baby dan beberapa nama lain untuk mereka

Kata Manekin berasal dari bahasa Perancis yang memiliki arti “Model Bersendi” yang pada awalnya berasal dari kata Manneken Flemish yang memiliki arti “Orang yang Kecil”. Manekin merupakan boneka yang sering sekali digunakan oleh siapa saja dalam berbagai bidang misalnya seniman, penjahit, kesehatan dan lain sebagainya. Pada bidang kesehatan manekin sering digunakan untuk pelajaran pertolongan pertama, CPR (Resusitasi Jantung Paru) serta keterampilan pada jalan nafas seperti melakukan intubasi pada trakea.

cpr-manikin-dewasa

Resusitasi jantung paru, biasa dikenal dengan nama CPR, merupakan suatu prosedur darurat yang menggabungkan antara kompresi dada dengan ventilasi buatan yang dilakukan secara manual agar terciptanya fungsi otak yang tetap stabil sampai tindakan yang lebih lanjut yang bertujuan mengembalikan sirkulasi darah serta pernapasan. Hal ini dilakukan pada orang – orang yang tidak responsif terhadap pernafasannya atau terjadi pernafasan yang abnormal.

Langkah – langkah melakukan Resusitasi Jantung Paru (CPR) 

Untuk mempermudah dalam mengingat langkah – langkah melakukan CPR, terdapat beberapa langkah berikut:

Langkah 1

Bantuan Hidup Dasar (Basic Life Support) yaitu suatu tata cara pertolongan darurat dalam mengatasi terjadinya obstruksi pada jalan nafas, henti nafas atau henti jantung diantaranya:

  1. A(airway)         : menjaga jalan nafas agar tetap lancar dan
  2. B(breathing)    : ventilasi paru dan pemberian oksigen yang adekuat.
  3. C(circulation)   : melakukan sirkulasi buatan dengan melakukan kompresi jantung paru

Langkah 2

Bantuan hidup lanjutan (Advance Life Support) merupakan bantuan hidup dasar ditambah dengan :

  1. D( drugs ) : memberikan obat-obatan.
  2. E( EKG ) : diagnosis elektrokardiografis dengan secepat mungkin setelah dimulainya kompresi jantung paru, untuk mengetahui apakah ada agonal ventricular complexes.fibrilasi ventrikel, atau asistole
  3. F ( fibrillation treatment ): suatu tindakan untuk mengatasi terjadinya fibrilasi ventrikel.

Langkah 3

Bantuan hidup terus-menerus (Prolonged Life Support).

  1. G(Gauge) : Melakukan  pemeriksaan dan pengukuran untuk memonitoring keadaan pasien secara terus menerus, dilakukan penilaian, mencari penyebab kemudian mengobatinya.
  2. H(Head) : Resusitasi untuk menyelamatkan system saraf dan otak dari kerusakan lebih lanjut akibat terjadinya henti jantung.
  3. H (Hipotermi): Lakukan segera bila tidak ada perbaikan fungsi susunan saraf pusat pada suhu antara 30° – 32°C.
  4. H(Humanization) : Lakukan semua tindakan berdasarkan perikemanuasiaan karena korban yang ditolong adalah manusia yang memiliki perasaan.
  5. I(Intensive care) : Perawatan intensif dalam ICU.

Memeriksa efektifitas CPR

Lakukan pemeriksaan pupil secara periodik selama melakukan CPR, karena itu merupakan petunjuk yang paling baik dalam oksigenisasi dan aliran darah yang adekuat terhadap otak. Bila pupil mengalami dilatasi namun masih ada refleks cahaya, maka keadaannya lebih baik. Denyut Arteri karotis juga harus diperiksa secara periodik selama melakukan CPR untuk mengetahui  kembalinya denyut jantung spontan. Ini harus dilakukan setelah 1 menit melakukan tindakan CPR dan selanjutnya setiap beberapa menit.

Permulaan dan Pengakhiran Tidakan CPR

Resusitasi dilakukan pada seseorang yang mengalami infark jantung, tenggelam, hipoksia akut, reflex vagal, keracunan dan kelebihan obat-obatan, electrocution, dan kecelakaan lainnya. Pada acute respiration distresstindakan oksigenasi harus segera dilakukan. Bila telah terjadi henti jantung yang berlangsung selama lebih dari 10 menit, mungkin resusitasi tidak dapat memulihkan pasien ke status awal pasien sebelum henti jantung, bila ragu, ketika terjadinya henti jantung, segera saja lakukan tindakan CPR. Tidak perlu melakukan resusitasi pada stadium terminal dari suatu penyakit yang tidak dapat disembuhkan. Keputusan untuk memulai dan mengakhiri tindakan resusitasi adalah masalah medis, tergantung dari pada hasil pertimbangan status serebral dan kardiovaskular pasien.

Kriteria terbaik dari sirkulasi serebral yang adekuat adalah adanya tingkat kesadaran yang baik, gerakan dan pernapasan, refleks dan reaksi pupil. Keadaan tidak sadar yang dalam tanpa adanya pernapasan yang spontan dan pupil tetap dilatasi selama 15 – 30 menit, biasanya menandakan adanya kematian serebral dan tindakan resusitasi selanjutnya biasanya tidak akan berguna. Kematian jantung bisa sangat mungkin terjadi bila tidak ada aktivitas elektrokardiografi ventrikuler secara berturut-turut selama 10 menit atau lebih sesudah tindakan CPR yang tepat, termasuk terapi obat pada pasien anak atau pada keadaan khusus, resusitasi harus dilanjutkan lebih lama.

Tanda akhir yang baik adalah kembalinya refleks mata dengan cepat dan traktus respiratorius bagian atas kembali berfungsi spontan. Bila sirkulasi telah spontan dan tekanan darah lebih dari 60 mmHg, kompresi jantung dapat diakhiri.

Dalam pelatihan pertolongan pertama, manekin CPR dapat digunakan untuk menunjukkan cara pemberian pertolongan pertama (misalnya, melakukan resusitasi). Dinas pemadam kebakaran dan layanan penjaga pantai juga menggunakan manekin CPR untuk berlatih prosedur menyelamatkan nyawa. Hal tersebut dilakukan dikarenakan manekin CPR memiliki distribusi berat yang mirip dengan manusia.

annie

Manekin CPR Resusci Anne, yang juga dikenal sebagai Penyelamat Anne, Resusci Annie atau CPR Annie, adalah Manekin CPR  yang paling sering digunakan untuk mengajar resusitasi cardiopulmonary (CPR). Resusci Anne dikembangkan oleh pembuat mainan yang berasal dari Norwegia, Åsmund Laerdal, dokter Peter Safar yang berasal dari Republik Austria serta dokter dari Amerika yang bernama James Elam, kemudian Manekin CPR diproduksi oleh perusahaan yang bernama Laerdal Medis.

Wajah khas Manekin CPR yang bernama Resusci Anne ini berdasarkan pada L’Inconnue de la Seine, merupakan seorang gadis cilik yang tak dikenal, konon meninggal dikarenakan tenggelam di Sungai Seine di sekitar akhir 1880-an. (Arn)

Dapatkan Update Terbaru Seputar Kesehatan!
Bergabunglah bersama subscribers lainnya untuk mendapatkan update dari kami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *