Audiometer dan Timpanometer: Alat – Alat Pemeriksaan Pendengaran

mekanisme-kerja-telinga

Telinga manusia adalah salah satu organ pendengaran dan keseimbangan yang sangat penting dalam menjalani kehidupan. Bagian – bagian telinga terdiri dari telinga luar, tengah dan  dalam. Telinga bagian luar berfungsi menangkap gelombang suara yang akan dirubah menjadi energi mekanik oleh telinga bagian tengah. Kemudian, telinga bagian tengah akan mengubah energi mekanik menjadi gelombang saraf, yang akan dilanjutkan ke otak. Selain itu, telinga bagian dalam juga membantu untuk menjaga keseimbangan tubuh

Mekanisme pendengaran manusia memungkinkan terbentuknya kontak antara individu dengan suara di lingkungan sekitarnya. Suara merupakan sensasi yang muncul apabila terdapat getaran longitudinal molekul di lingkungan eksternal, yaitu masa pemadatan dan pelonggaran suatu molekul yang terbentuk silih berganti dan menyentuh membran timpani. Suara adalah suatu energi vibrasi yang dapat dihantarkan melalaui media cair, padat ataupun gas dan apabila suatu suara memiliki frekuensi dan intensitas yang cukup adekuat, maka akan memunculkan rangsangan pada reseptor – reseptor yang berada di dalam telinga. Energi vibrilasi tersebut mempunyai sifat fisik yaitu : frekwensi, amplitudo, bentuk gelombang serta kualitas (timbre).

Audiologi merupakan ilmu yang membahas mengenai berbagai hal fungsi alat pendengaran yang sangat erat kaitannya dengan rehabilitasi dan habilitasi. Rehabilitasi merupakan suatu upaya untuk mengembalikan fungsi yang sudah pernah dimiliki, sedangkan habilitasi merupakan suatu usaha untuk memberikan fungsi yang seharusnya dimiliki. Audiologi dasar merupakan suatu dasar pengetahuan mengenai nada murni, gangguan pendengaran, bising, serta tata cara pemeriksaannya. Pemeriksaan pendengaran dilakukan dengan

  1. Tes penala,
  2. Tes berbisik,
  3. Audiometri nada murni

Audiometri merupakan pemeriksaan untuk mengetahui jenis dan derajat ketulian (gangguan pendengaran). Dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan derajat ketulian serta jenis ketulian seperti :

  • Tuli Konduktif
  • Tuli Sensorineural
  • Tuli Campuran

Sedangkan audiometer adalah suatu alat pemeriksaan yang berfungsi untuk menguji pendengaran manusia. Selain itu audiometer juga memiliki beberapa fungsi lainnya, diantaranya:

  1. untuk mengukur berapa tingkat ketajaman pendengaran manusia
  2. untuk mengukur ambang pendengaran manusia
  3. untuk mengindikasikan apabila terjadi kehilangan fungsi pendengaran
  4. mampu mencatat kemampuan pendengaran dari setiap telinga pada deret frekuensi yang berbeda – beda.
  5. dapat menghasilkan audiogram (suatu gambar berupa grafik dari ambang pendengaran dari setiap masing – masing telinga terhadap suatu rentang frekuensi)

Saat melakukan uji pendengaran menggunakan audiometer, tindakan ini perlu dilakukan di dalam ruangan kedap suara namun di ruangan yang heningpun hasilnya cukup memuaskan. Pembacaan hasil dari kerja alat audiometer ini juga dapat dilakukan baik secara manual ataupun otomatis. Pemeriksaan audiometer memiliki biaya sedang dan dibutuhkan hanya jika kebisingan merupakan masalah/kejadian yang serius dan terus-menerus. Selain itu pemeriksaan ini juga dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitas yang sudah tersedia di rumah sakit setempat.

Hal yang biasa dilakukan di poliklinik THT ialah pemeriksaan menggunakan audiometer nada murni. Audiometer nada murni merupakan suatu alat pemeriksaan berupa elektronik akustik yang dapat menghasilkan nada murni mulai dari frekuensi 125 Hz sampai dengan 8000 Hz. Dengan menggunakan alat ini, hasil akhirnya mampu menentukan keadaan fungsi masing-masing telinga secara kualitatif (normal, tuli sensori neural, tuli konduktif atau tuli campuran) dan kuantitatif (normal, tuli ringan, tuli sedang atau tuli berat).

Selama ini alat audiometer yang biasa digunakan untuk memeriksa tingkat ketulian dari telinga manusia merupakan audiometer yang berjenis konvensional. Jenis audiometer ini memiliki kelemahan dalam hal penggambaran grafik pada hasil akhir dari pemeriksaan (audiogram) yang masih manual, serta tingkat akurasi penggambaran yang masih tergolong rendah. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian dengan membuat audiometer yang mampu menyimpan, menampilkan dan mencetak data pasien beserta bentuk audiogram dari hasil pemeriksaannya.

Penelitian ini dilakukan dengan metode analisis audiogram yang merupakan salah satu metode pada pemeriksaan pasien. Proses pemeriksaan dari alat audiometer ini diawali dengan pemeriksaan pasien terhadap penentuan derajat ketulian, menganalisa pasien apabila mengalami gangguan pendengaran, penggambaran grafik intensitas ataupun frekuensi dan pembacaan hasil dari audiogram. Program yang akan digunakan dalam membuat seluruh proses pemeriksaan audiometer ialah Delphi 5.0. Dari hasil penelitian dapat dihasilkan perangkat audiometer yang berbasis soundcard pada komputer pribadi yang lebih praktis, efisien, efektif dan memiliki kemampuan menunjukkan serta mencetak hasil pemeriksaan dalam bentuk grafik intensitas dan frekuensi yang sangat menentukan derajat ketulian manusia. Pembangkit frekuensi suara berkisar antara frekuensi 20 Hz – 20000 Hz, dalam pemeriksaan audiometer berbasis soundcard pada komputer pribadi

Sedangkan pemeriksaan timpanometri dilakukan untuk mengetahui keadaan di telinga bagian tengah. Sebagai contoh untuk mengetahui ada atau tidaknya cairan dalam telinga, mengetahui gangguan rangkaian tulang – tulang pendengaran (ossicular chain), kekakuan terhadap gendang telinga atau bahkan gendang telinga yang terlalu lentur.

timpanometer

Timpanometer adalah suatu alat yang digunakan dalam pemeriksaan timpanometri. Pemeriksaan timpanometer dilakukan dengan praktis hanya dengan menempelkan sumbat ke dalam liang telinga dalam beberapa detik kemudian timpanometer akan secara otomatis mendeteksi keadaan telinga bagian tengah. Bagian – bagian dari alat timpanometer yaitu:

  1. Oscilator

Merupakan alat yang mampu menghasilkan suara (pada umumya 220 Hz), suara yang dihasilkan tersebut masuk ke dalam earphone lalu diteruskan ke liang telinga.

  1. Pompa Udara

Menghasilkan udara dengan tekanan tekanan -200 mmHg sampai dengan 200 mmHg

  1. Compliancemeter

Berfungsi untuk menilai suara yang akan diteruskan melalui mikrofon.

Sama seperti audiogram, timpanogram merupakan suatu hasil yang disajikan dalam bentuk  grafik terhadap kelenturan relatif dari sistem timpano osikular ketika tekanan udara di liang telinga diubah-ubah. Kelenturan secara maksimal diperoleh pada tekanan udara yang normal serta berkurang jika tekanan udara ditingkatkan ataupun diturunkan. Individu dengan fungsi pendengaran yang normal atau dengan gangguan tuli sensorineural akan menunjukkan sistem timpano osikular yang tetap normal.

Cara Melakukan Pemeriksaan

tes-audiometri

Pada bagian probe, setelah dipasangi tip yang sesuai, selanjutnya dimasukkan ke dalam liang telinga sedemikian rupa sehingga dapat tertutup dengan ketat.  Pada awalnya, dalam liang telinga yang tertutup cepat diberikan tekanan sebanyak 200 mmH2O melalui manometer.  Membran timpani dan rangkaian tulang – tulang pendengaran akan mengalami tekanan dan mengalami kekakuan sedemikian rupa sehingga tak ada lagi energi suara yang mampu diserap melalui jalur ini ke dalam koklea.  Dengan kata lain, jumlah energi suara yang dipantulkan akan kembali ke dalam liang telinga bagian luar akan menjadi bertambah.

Kemudian tekanan diturunkan sampai titik di mana energi suara mampu diserap dalam jumlah tertinggi, hal ini menyatakan membran timpani dan rangkaian tulang pendengaran dalam “compliance” yang paling maksimal.  Ketika dalam keadaan “compliance maksimal” ini tercapai, maka tekanan udara di dalam rongga telinga bagian tengah akan sama dengan tekanan udara pada liang telinga bagian luar.  Jadi tekanan dalam rongga telinga bagian tengah terukur secara tidak langsung.

Tekanan dalam pada liang telinga bagian luar kemudian diturunkan lagi sampai -400 mmH2O.  Maka dari itu akan terjadi suatu kekakuan dari membrana timpani dan rangkaian tulang – tulang pendengaran, sehingga tak terapat suara yang diserap serta energi suara yang dipantulkan akan meningkat lagi.

Alat timpanometer modern yang biasa digunakan sekarang membenarkan  suatu pendekatan kuantitatif yang diapliksikan dalam bidang klinik. Mesin timpanometer modern dapat mengukur komponen akustik admitan dalam satuan akustik mmho dan dapat mengabaikan pengaruh volume liang telinga bagian luar saat menjalankan pemeriksaan timpanometri. Maka hasil dari timpanogram yang disajikan akan lebih stabil dan dapat direkam. Maka dari itu, pengukuran ciri – ciri parameter pemeriksaan timpanometri dapat lebih cepat.

Gambaran hasil dari pemeriksan timpanometri tersebut diantaranya adalah:

– tipe A, mengindikasikan bahwa terdapat kondisi telinga tengah yang normal;

– tipe B, mengindikasikan bahwa terdapat cairan di telinga bagian tengah;

– tipe C, mengindikasikan bahwa terdapat gangguan fungsi tuba eustachius;

– tipe AD, mengindikasikan bahwa terdapat gangguan rangkaian tulang pendengaran; dan

– tipe AS, mengindikasikan bahwa  terdapat kekakuan pada tulang pendengaran (otosklerosis)

(Arn)

Dapatkan Update Terbaru Seputar Kesehatan!
Bergabunglah bersama subscribers lainnya untuk mendapatkan update dari kami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *