Terapi Modern Berbasis Radiasi Inframerah

Perkembangan terapi dalam upaya penyembuhan penyakit merupakan salah satu fokus pada bidang kesehatan. Contoh perkembangan terapi dapat dilihat dari nenek moyang kita yang pada awalnya menggunakan berbagai metode tradisional dengan berbagai obat-obatan berbahan dasar alam, hingga akhirnya berkembang obat-obatan modern yang merupakan hasil isolasi bahan alam atau sintesis kimia. Sekarang, dengan perkembangan sains dan teknologi yang sangat pesat, bidang kesehatan pun ikut memanfaatkan teknologi yang ada dalam upaya pencarian metode-metode kuratif baru yang lebih aman, efektif, mudah, dan murah. Salah satu pemanfaatan teknologi dalam upaya penyembuhan penyakit yang telah banyak diteliti adalah penggunaan radiasi inframerah.

 

Radiasi inframerah adalah radiasi elektromagnetik dengan panjang gelombang yang lebih rendah dibandingkan dengan sinar tampak, yaitu di antara 0.7-1000 µm. Rentang panjang gelombang radiasi inframerah cukup luas sehingga pada umumnya radiasi inframerah diklasifikasikan menjadi tiga berdasarkan rentang panjang gelombangnya:

  • Dekat/IR A dengan panjang gelombang 0,7-1,5 µm
  • Pertengahan/IR B dengan panjang gelombang 1,5-5 µm
  • Jauh/ IR C dengan panjang gelombang 5-1000 µm.

Spektrum Elektromagnetik

Spektrum elektromagnetik

 

Dalam terapi untuk berbagai macam penyakit, radiasi inframerah dekat dengan panjang gelombang 0,7-1,5 µm merupakan salah satu yang paling sering digunakan. Terutama sejak penemuan laser, telah banyak dilakukan penelitian yang mengkaitkan radiasi inframerah dengan kesehatan. Salah satu penelitian yang utama dilakukan oleh Mester pada tahun 1967, di mana tikus percobaan yang dicukur rambutnya kemudian dilaser dengan radiasi inframerah dekat ternyata menunjukkan pertumbuhan rambut yang lebih cepat dibandingkan dengan tikus normal. Penelitian ini secara tidak langsung menunjukkan efek radiasi inframerah terhadap pertumbuhan dan perkembangan sel.

 

Penelitian demi penelitian lain pun dilakukan hingga sekarang ditemukan bahwa radiasi inframerah dapat digunakan pada berbagai macam kondisi penyakit seperti nyeri, luka pada kulit, pilek, masuk angin, kerusakan sel-sel syaraf, arthritis, eksim, psoriasis, nyeri otot dan pegal-pegal, hingga penanganan stroke. Penggunaan radiasi inframerah untuk beberapa indikasi tersebut masih dalam tahap penelitian, oleh karena itu radiasi inframerah biasanya dimanfaatkan panasnya untuk menghangatkan tubuh dalam kondisi masuk angin, pilek, dan nyeri otot.

 

Apa sebenarnya efek radiasi inframerah terhadap tubuh? Secara umum, radiasi inframerah dapat meningkatkan metabolisme, mencegah kerusakan sel, serta meringankan inflamasi. Dengan begitu banyak efek yang disebabkan, masih belum dapat dipastikan mekanisme efek radiasi inframerah terhadap tubuh. Meskipun begitu, sudah terdapat teori-teori yang memperkirakan mekanismenya. Sebagai contoh, secara fisika diketahui bahwa radiasi inframerah memiliki energi yang lebih rendah dibandingkan dengan radiasi sinar tampak, oleh karena itu radiasi inframerah dapat menyebabkan pergetaran molekul-molekul di dalam tubuh. Getaran molekul pada tubuh menyebabkan panas, sehingga lebih lanjut dapat menyebabkan pelebaran pembuluh darah. Dengan pelebaran pembuluh darah maka aliran darah menjadi lebih lancar. Sebagai akibatnya, oksigen dan nutrisi dapat dihantarkan ke jaringan yang membutuhkan, serta produk metabolisme yang sudah tidak dipakai bisa disalurkan ke darah untuk selanjutnya dibuang. Efek inilah yang menjadi pertimbangan penggunaan radiasi inframerah untuk pasien angina dan stroke. Teori mekanisme lain dilihat dari segi biokimia, yaitu efek radiasi inframerah terhadap enzim yang berperan pada rantai transpor elektron, sitokrom c oksidase. Sitokrom c oksidase berfungsi untuk membentuk energi berupa ATP. Fungsi enzim tersebut berkurang jika terdapat senyawa NO yang mengikat enzim tersebut. Meskipun memiliki energi yang lebih rendah dari sinar tampak, namun radiasi inframerah masih dapat memutus ikatan koordinasi antara NO dengan enzim tersebut. Akibatnya, fungsi sitokrom c oksidase menjadi optimal.

 

Pegal-pegal dan Nyeri Otot

Dalam mengatasi rasa pegal, radiasi inframerah melebarkan pembuluh darah sehingga produk buangan otot disirkulasikan kembali ke darah untuk dibuang, serta otot mendapat nutrisi yang cukup untuk perbaikan jaringan.

 

Masuk Angin

Dalam mengatasi masuk angin, radiasi inframerah memberikan rasa hangat pada tubuh sehingga mengurangi gejala-gejala masuk angin.

 

Pilek

Panas yang disebabkan oleh radiasi inframerah dapat menurunkan kekentalan mukus, sehingga mukus lebih mudah dikeluarkan.

 

Penyembuhan Luka

Terdapat tiga tahap penyembuhan luka: tahap inflamasi, proliferasi atau perbanyakan sel, dan remodelling. Pada tahap inflamasi, radiasi inframerah meningkatkan produksi sitokin dan faktor pertumbuhan seperti IL-1α dan IL-8 pada luka. Selanjutnya pada tahap proliferasi, radiasi inframerah menyebabkan peningkatan produksi serta pengeluaran faktor-faktor pertumbuhan sel dan membantu pembentukan pembuluh darah sebagai sumber nutrisi sel yang akan terbentuk. Pada tahap terakhir, radiasi inframerah juga berperan dalam pengecilan luka dan mempercepat maturasi sel-sel kulit.

 

Kerusakan Syaraf

Salah satu efek radiasi inframerah adalah mencegah kerusakan sel-sel, termasuk sel syaraf. Sel syaraf merupakan jenis sel yang perkembangannya sangat lambat, sehingga perlu dicegah kerusakannya. Pencegahan kerusakan sel syaraf dapat dilakukan salah satunya dengan radiasi inframerah. Selain mencegah kerusakannya, sudah mulai diteliti efek radiasi inframerah untuk meningkatkan perkembangan sel syaraf sehingga nantinya dapat ditujukan untuk pasien stroke.

 

Ternyata radiasi inframerah memiliki segudang manfaat terhadap tubuh manusia. Akan tetapi sebaik dan sebermanfaat apapun teknologi radiasi terhadap kesehatan, banyak hal yang harus diperhatikan untuk mencapai efek yang diinginkan serta menghindari efek yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, radiasi inframerah dibuat dalam bentuk lampu inframerah, sebuah alat kesehatan yang berfokus pada penggunaan radiasi inframerah untuk kesehatan. Terdapat beberapa batasan dalam pemakaian lampu inframerah untuk menjamin keamanan serta efektivitas lampu tersebut terhadap tubuh Anda.

Lampu Infrared

Lampu inframerah

 

Sama halnya seperti obat, pemakaian lampu inframerah pun harus memperhatikan ‘dosis’ penggunaannya. ‘Dosis’ radiasi inframerah dapat dilihat dari jarak penyinaran, lama penyinaran, serta intensitas radiasi inframerah. Dengan menggunakan lampu inframerah, sudah terdapat pengaturan beberapa hal sehingga hanya perlu penyesuaian jarak dan lama penyinaran. Lama penyinaran lampu radiasi seperti yang diatur pada timer adalah 15 menit, dengan lama penyinaran minimal 1 menit. Jarak minimal yang disarankan antara lampu radiasi dengan bagian tubuh yang disinari adalah kurang lebih 30 cm.

 

Jika lampu inframerah dapat diatur panjang gelombang radiasi yang dipancarkannya, maka diperlukan pengaturan khusus sesuai dengan penyakit apa yang ingin diobati. Sebagai contoh, panjang gelombang 600-700 nm digunakan untuk terapi penyakit pada bagian kulit, misalnya luka bakar atau eksim. Sedangkan panjang gelombang yang lebih tinggi, yaitu 780-950 nm dapat digunakan untuk penyakit pada jaringan yang lebih dalam, misalnya pegal linu dan nyeri otot. Radiasi dengan panjang gelombang yang lebih tinggi digunakan untuk jaringan dalam karena penetrasinya ke dalam jaringan lebih dalam.

 

Selain itu, perlu juga diperhatikan bahwa selama penggunaan lampu inframerah, suhu lampu akan menjadi tinggi. Oleh karenanya, sebaiknya lampu jangan dipegang dulu selama masih panas. Selain karena risiko membakar kulit, kaca keramik yang menjadi 100% protektof UV pada lampu inframerah juga mudah pecah dalam kondisi tersebut.

Dapatkan Update Terbaru Seputar Kesehatan!
Bergabunglah bersama subscribers lainnya untuk mendapatkan update dari kami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *