Gambaran Klinis Gangguan Perilaku Bawaan pada Anak dan Remaja

Anak dengan kecenderungan melanggar-aturan, menyerang, dan mengabaikan orang – orang di sekitarnya beresiko terhadap ketergantungan zat – zat terlarang, masalah dalam pendidikan, dan perilaku kriminal. Penelitian terus dilakukan untuk memahami karakteristik klinis dan neurokognitif dari gangguan perilaku pada remaja. Istilah “Gangguan Perilaku”  dalam hal ini yang dimaksud adalah kecenderungan melanggar-aturan, menyerang, dan mengabaikan orang lain.

Penjelasan Klinis

Kapan gangguan perilaku remaja muncul secara klinis?

Pada anak dengan masalah perilaku jangka panjang, gejala gangguan perilaku biasanya muncul pada usia awal sekolah, tetapi beberapa anak menunjukkan gejala lengkap gangguan tersebut sebelum usia 10 tahun. Gejala dini ini termasuk kecenderungan bersikap agresif, impulsif, dan ketidakmampuan memahami permintaan, yang mana juga merupakan gejala dari gangguan hiperaktif akibat kekurangan perhatian, atau attention deficit-hyperactivity disorder (ADHD) dan gangguan kecenderungan menantang, atau ODD (Oppositional-defiant Disorder).

overlap

Gambar 1. Overlap dari keenam gejala klinis

Ukuran tiap lingkaran menggambarkan prevalensi relatif dari gejala klinis yang muncul terhadap lingkungan. ADHD (Attention deficit-hyperactivity disorder), ASPD (Antisocial Personality Disorder). Dan ODD (Oppositional-defiant Disorder)

Apa saja gejala gangguan perilaku remaja yang berhubungan dengan gejala berperasaan-emosional (Callous-unemotional traits) ?

Gejala Callous-unemotional, yang muncul pada kurang dari setengah dari remaja dengan gangguan perilaku, merupakan kelompok dengan gejala klinis khusus dan gangguan neurokognitif. Jika dibandingkan dengan remaja dengan gangguan perilaku yang menunjukkan penyesalan, empati, dan kekhawatiran tentang nilai sekolah, maka remaja dengan gejala callous-unemotional menunjukkan respon prognosa dan perawatan yang lebih rendah. Seperti halnya pada kasus ADHD dan gangguan oppotional-defiant, gejala callous-unemotional ini lebih dini terdeteksi. Beberapa gejalanya sudah ditemui pada anak 2 tahun, dan di antara anak – anak yang mengalami gangguan perilaku, gejala ini muncul sebagai masalah perilaku yang berat yang bervariasi. Pada remaja dengan gangguan perilaku, gejala callous-unemotional ini muncul dengan gejala respon sosial yang rendah.   

T&J

T : Apa prognosa dari gangguan perilaku remaja?

J : Prognosisnya cukup rendah, meskipun gejalanya bervariasi. Gangguan kepribadian antisosial, yang prognosisnya cukup rendah, muncul di kurang dari 50% pasien dengan gangguan perilaku, demikian halnya, remaja dengan gangguan perilaku di mana gangguan kepribadian antisosialnya tidak berkembang, biasanya memiliki masalah jangka panjang lainnya. Dengan demikian, hal ini dapat dilihat sebagai psikopatologi persisten, meskipun gejalanya dapat bervariasi.

T : Adakah perawatan efektif untuk gangguan perilaku remaja?

J : Saat ini perawatan lebih ditargetkan terhadap gejalanya dibandingkan mekanisme yang mendasarinya, dikarenakan belum diketahui dengan pasti mekanisme yang mendasarinya tersebut. Ada dua jenis intervensi psikososial yang efektif untuk menurunkan gangguan perilaku. Yang pertama, menekankan pada perilaku yang beragam dengan menggunakan beberapa komponen perawatan, termasuk yang berdasar pada prinsip terapi perilaku kognitif untuk mengatasi masalah kecemasan/kegelisahan dan masalah yang berhubungan dengannya. Yang kedua, dengan memfasilitasi praktek pengasuhan anak yang tepat. Intervensi farmakologi juga menjanjikan, tetapi tetap perlu mempertimbangkan efek sampingnya. Pertama, obat antipsikosis menurunkan iritabilitas (kemampuan menanggapi rangsangan cahaya) pada anak, meskipun kegunaan obat ini hanya memiliki efek samping jangka pendek, seperti sedasi (mual), dan efek samping jangka panjang yaitu gangguan fungsi metabolik dan saraf. Kedua, data juga menunjukkan manfaat penggunaan obat psikostimulan. Secara umum, psikostimulan adalah obat antipsikosis dengan efek samping lebih sedikit. Namun demikian, stimulan dapat memperburuk kecemasan dan menyebabkan agitasi.

Ada beberapa cara yang dapat membantu penanganan kecemasan atau agitasi pada anak dan remaja, yaitu dengan teknik tekanan sentuhan atau efek pelukan. Salah satunya yang diberikan oleh Jaket T-Ware. Jaket ini memberikan tekanan sentuhan dalam untuk membantu menenangkan kecemasan pada kondisi stress terus menerus, kurang istirahat, insomnia, juga untuk kondisi depresi, Sensory Processing Difficulties (SPD)Autism Spectrum Disorder (ASD)Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) dan Alzheimer’s Dementia.

Sumber artikel : Carla Rothaus dari NEJM, http://blogs.nejm.org/now/index.php/conduct-disorder/2014/12/05/

 

Dapatkan Update Terbaru Seputar Kesehatan!
Bergabunglah bersama subscribers lainnya untuk mendapatkan update dari kami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *