Bipolar Syndrome : Gejala, Penyebab, dan Diagnosanya

sindrom-bipolar

Syndroma bipolar atau dikenal juga sebagai manic-depressive illness merupakan kelainan pada otak yang menyebabkan shifting pada mood, energi, keaktifan dan kemampuan menjalankan tugas sehari-hari. Gejala dari disorder bipolar terhitung parah, namun kelainan ini dapat disembuhkan.

Penyebab

Penyebab dari sindroma ini bukan hanya satu alasan utama, melainkan banyak faktor yang terjadi akhirnya secara aditif menghasilkan sindroma ini. Beberapa faktor tersebut ialah:

  • Genetik

Seorang anak yang memiliki orang tua atau saudara kandung bipolar lebih mungkin terkena kelainan ini jika dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki riwayat keluarga bipolar. Riset pada beberapa waktu terakhir juga sedang meneliti gen apakah yang berpengaruh pada kelainan ini. Namun genetik bukan merupakan satu-satunya alasan, karena telah ada pasien kembar identik yang memiliki kelainan sindrom bipolar sementara yang lain tidak.

  • Struktur dan fungsi otak

Beberapa studi imaging seperti functional magnetic resonance imaging (fMRI) dan positron emission tomography (PET) menunjukkan bawah pattern dari perkembangan otak pada anak penderita sindrom bipolar memiliki kesamaan dengan anak yang memiliki “multi-dimensional impairment”, yaitu kelainan yang menyebabkan gejala mirip dengan schizophrenia. Selain itu pada temuan MRI lainnya ditemukan bahwa korteks prefrontal otak pada pasien sindrom bipolar tercitra lebih kecil dan memiliki fungsi yang lebih buruk jika dibandingkan dengan orang normal. Korteks prefrontal berperan dalam fungsi eksekutif seperti pemecahan masalah dan menentukan keputusan. Struktur dan koneksi dari korteks prefrontal ini mengalami perkembangan saat usia remaja. Maka, sindrom bipolar sering terjadi dan menunjukkan gejala pada saat remaja akhir atau dewasa awal.

 Gejala

                Pasien dengan sindrom bipolar mengalami keadaan emosional yang intens dan tidak biasa, terjadi dalam periode berbeda dan biasa disebut sebagai “mood episodes”. Setiap mood episode menggambarkan perubahan drastis dari mood dan tingkah laku seseorang pada sehari-harinya. Keadaan dimana pasien menjadi terlalu senang atau overexcited disebut sebagai manic episode sedangkan saat pasien merasa sangat sedih disebut sebagai depressive episode. Terkadang kedua episode ini dapat terjadi berbarengan, dan disebut sebagai mixed state. Pada saat berlangsungnya episode ini pula, pasien seringkali merasa eksplosif dan iritabel.

 Diagnosis

                Dokter dapat mendiagnosis sindrom bipolar menggunakan guidelines dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM). Tipe-tipe sindrom bipolar terbagi sebagai berikut:

  1. Bipolar I Disorder: didefinisikan sebagai episode manic atau mixed yang berlangsung selama minimal tujuh hari atau gejala manic yang sangat parah sehingga seseorang membutuhkan penanganan di rumah sakit segera. Biasanya episode depresif juga terjadi, minimal dua minggu.
  2. Bipolar II Disorder: didefinisikan sebagai pola episode depressive dan hipomanic, namun tidak merupakan full manic saja ataupun mixed
  3. Bipolar Disorder not Otherwise Specified (BP-NOS): kejadian ini didiagnosis saat gejala terlihat namun tidak cocok dengan kriteria diagnostik dari bipolar I ataupun II. Gejala yang ditunjukkan benar-benar berbeda dari tingkah laku orang normal.
  4. Cyclothymic disorder atau Cyclothymia: merupakan versi mild dari sindroma disorder. Pasien dengan cyclothymia memiliki episode hipomania dalam rentang waktu dua tahun, namun gejala yang ditunjukkan tidak sesuai dengan requirement diagnostik untuk tipe sindroma bipolar yang lainnya.

Tatalaksana

      Bipolar syndrome merupakan penyakit long-term atau lifelong illness sehingga dibutuhkan tatalaksana kontinu untuk mengontrol gejala. Tipe obat-obatan yang diberikan untuk pasien sindroma bipolar adalah mood stabilizer, atypical antipsychotics dan antidepresan.

Mood stabilizer merupakan pilihan obat pertama pada sindroma bipolar. Pasien sindrom bipolar memulai terapi dengan mood stabilizer dalam hitungan tahun. Lithium, mood stabilizer pertama yang disetujui oleh FDA pada tahun 1970 ini efektif untuk menangani kedua episode baik manic maupun depressive. Selain itu, obat antikonvulsan yang pada awalnya dikembangkan untuk menangani kejang juga dapat digunakan untuk mengontrol mood.

Atypical Antiphyschotic juga seringkali digunakan berbarengan dengan antidepresan dalam menangani sindroma disorder. Sebaiknya kedua obat ini tidak dipakai sendirian karena jika hanya mengkonsumsi antidepresan, risiko terjadinya mania atau hipomania dapat meningkat.

Selain obat-obatan, dapat pula dilakukan psychotherapy seperti cognitive behavioral therapy, family-focused therapy yang melibatkan anggota keluarga, interpersonal & social rhythm therapy dan psikoedukasi. Pengecekan stress rutin dapat membantu untuk mendeteksi secara dini kondisi psikologi seseorang untuk memutuskan tindakan pemeliharaan dan penanganan yang tepat. (msy)

Dapatkan Update Terbaru Seputar Kesehatan!
Bergabunglah bersama subscribers lainnya untuk mendapatkan update dari kami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *