Unik, Alasan Tanggal 3 Maret menjadi Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran Nasional

image 1

Selain peringatan hari besar agama dan hari besar nasional, pemerintah juga menetapkan tanggal-tanggal tertentu untuk memperingati hari besar kesehatan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kepedulian dan kesadaran masyarakat terhadap dunia kesehatan ataupun penyakit-penyakit tertentu yang masih menjadi menjadi masalah di Indonesia, sehingga masyarakat diharapkan dapat ikut serta dalam pengendalian masalah kesehatan tersebut. Salah satu peringatan hari besar kesehatan yang jatuh pada bulan Maret, tepatnya tanggal 3 Maret setiap tahunnya adalah Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran Nasional.

Mengapa Dipilih Tanggal 3 Maret?

Pada tahun 2007 diselenggarakan konferensi internasional pertama tentang Pencegahan dan Rehabilitasi Gangguan Pendengaran. Konferensi diselenggarakan di Beijing oleh Pusat Penelitian Rehabilitasi Anak Tuna Rungu Cina (CRRCDC), Federasi Orang Cacat (CDPF) Beijing, Cina, dan WHO. Hasil dari konferensi tersebut adalah Deklarasi Beijing dan penetapan tanggal 3 Maret sebagai Internasional Ear Care Day. Tanggal 3 dipilih karena bentuk angka 3 menggambarkan atau berkaitan dengan bentuk telinga. Sehingga sejak saat itu Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran Sedunia diperingati setiap tanggal 3 Maret.

Di Indonesia sendiri, pemerintah telah mencanangkan tanggal 3 Maret sebagai Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran Nasional mulai tahun 2010. Sehingga sejak saat itu tanggal 3 Maret setiap tahunnya Indonesia memperingati Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran Nasional.

Mengapa Perlu Ada Peringatan Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran Nasional?

Menurut kajian, mendengar dapat menyerap 20% informasi, angka ini lebih besar dibandingkan dengan membaca yang hanya akan menyerap 10% informasi. Menurut World Health Organization (WHO) hingga tahun 2015, diperkirakan ada sebanyak 360 juta (5.3%) orang di dunia mengalami gangguan pendengaran, 328 juta (91%) diantaranya adalah orang dewasa (183 juta laki-laki dan 145 juta perempuan), serta 32 juta (9%) lainnya adalah anak-anak. Prevalensi gangguan pendengaran ini meningkat seiring dengan pertambahan usia. Selain itu WHO juga mengungkapkan bahwa diperkirakan 20% orang dengan gangguan pendengaran membutuhkan alat bantu dengar. Namun, perkiraan produksi alat bantu dengar saat ini hanya dapat memenuhi 10% saja dari kebutuhan global dan hanya memenuhi 3% dari kebutuhan di negara berkembang.

Masalah gangguan pendengaran selain terjadi pada orang tua juga ditemukan pada anak-anak usia sekolah. Hal ini diakibatkan oleh paparan bising, infeksi, dan sumbatan kotoran telinga (serumen prop). Sumbatan serumen dapat mengakibatkan gangguan pendengaran sehingga akan mengganggu proses penyerapan pelajaran bagi anak usia sekolah. Akibatnya anak menjadi sulit menerima pelajaran, produktivitas akan menurun, dan biaya hidup akan semakin tinggi. Profesi Perhati dan Departemen Mata Fakultas Kedokteran UI pernah melakukan survey cepat di beberapa sekolah yang berada di 6 kota di Indonesia. Hasilnya menyebutkan bahwa prevalensi serumen prop pada anak sekolah cukup tinggi dengan kisaran 30-50%. Tentunya masalah ini harus ditindaklanjuti karena akan sangat mengganggu proses penyerapan pelajaran bagi anak-anak di sekolah.

Untuk mengatasi gangguan pendengaran dan ketulian di Indonesia, pemerintah berusaha melakukan upaya promotif, preventif, serta memberikan pelayanan kesehatan indera pendengaran yang optimal sebagai upaya kuratif dan rehabilitatif. Dengan demikian, diperlukan kerjasama dari berbagai pihak baik tenaga kesehatan, tenaga pendidik, pemerintah, maupun masyarakat. Adanya peringatan Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran yang jatuh setiap tanggal 3 Maret ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat akan kesehatan telinga dan pencegahan gangguan pendengaran.

Setiap tahunnya Hari Kesehatan Telinga dan Pendengaran ini diperingati dengan mengangkat berbagai tema. Pada tahun 2016 ini, tema global yang diangkat adalah “Childhood Hearing Loss : Act Now, Here Is How!” yaitu peduli dan melakukan aksi nyata dalam kasus gangguan pendengaran/ketulian pada anak-anak. Terapkan selalu pola hidup bersih dan sehat, hindari pendengaran dari kebisingan, serta lakukan pemeriksaan ataupun deteksi dini adanya gangguan pendengaran. Karena telinga sehat berawal dari telinga yang bersih dan pendengaran yang baik adalah pendengaran yang sehat dan berawal dari telinga sehat. Pendengaran yang sehat akan meningkatkan kualitas hidup untuk mencapai kebahagiaan. (pf)

Dapatkan Update Terbaru Seputar Kesehatan!
Bergabunglah bersama subscribers lainnya untuk mendapatkan update dari kami

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *